CONTOH PENGETIKAN DAN PETIKAN NASKAH SURYALIS

0 komentar
 CONTOH PENGETIKAN DAN PETIKAN NASKAH SURYALIS

JUDUL “PARA PEMBUNUH”
KARYA GT SASMITA

BABAK 3
PELAKU     : ZUL, PENARI
LATAR     : RUANG TAHANAN
SINOPSIS   : BERINTAK DALAM RUANG TAHANAN

     Tarian-tarian membentuk teralis besi (mengibaratkan ruang tahanan) sedangkan ditengahnya nampak seseorang tahanan yaitu pimpinan para pembunuh yang baru saja diadili, tertunduk lesu, namun dengan sorot matanya yang penuh dendam dan tanda tanya.
     Nafasnya semakin cepat dengan emosi yang meluap-luap dan dia menyampaikan isi hatinya!

ZUL       : (berontak) “Haaaaaachhh! Apa yang kalian lakukan padaku? Apa kalian benar benar buta untuk melihat penderitaanku!? Aku seperti ini karena kaummu yang melakukan ini pada ku! Kalian benar benar bengis! Biadap! Kau anggap apa aku ini? Hewan? Budak? Laknat kalian penguasa? Kau perlakukan kaumku seperti ini! Tanpa kalian tau sejauh mana pernderitaan kaumku! Apa Kau hanya menciptakan kaumku hanya untuk merasakan siksa?! Kau menciptakan ketidakadilan pada kaumku! Lalu kau melarang kaumku untuk balas dendam! Sampai kapan kau membela mereka yang selalu merasakan dirinya hebat! Sampai kapan!? Apa aku dan kaumku tidak pantas merasakan kebahagiaan! Sedikit saja! Sedikit Tuhan!(teriak-menangis-tertunduk lesu)”

     Para penari berputar-putar mengibaratkan kecarut marutan segala fikiran Zul dalam usaha membela kaumnya. Perlahan lampu panggung semakin padam.

BABAK 4

PELAKU     : ANAK BUAH ZUL
LATAR     : MARKAS
SINOPSIS   : PERDEBATAN ANGGOTA

     Perdebatan dimulai antar anggota pembunuh setelah kehilangan Zul (pemimpinnya), dan saat itu adalah saat dimana kabar tersiar bahwa Zul akan bebas. Dan kembali akan menemui seluruh anggota yang telah mengangkatnya menjadi pemimpin 3 tahun yang lalu.
     Perdebatan itu mengisahkan tentang rencana pembunuhan yang telah dirancang Zul sebelum ia menghuni rumah tahanan. Kegelisahan begitu nampak karena tak satupun tugas mereka selesaikan.
     Salah satu tampak mondar mandir.

LELA      : “Dari tadi kerjamu hanya mondar mandir, kesana kesini. Mana kerjamu?! Tidakkah lebih baik kau melakukan pekerjaan yang lebih bisa kau kerjakan?!”

(Mey menghentikan langkahnya)

YOLAND    : “Iya... setidaknya kau tidak membuat kepala kami pusing seperti ini Mey!”

     (Mey jalan lagi)

YOLAND    : (mulai marah) “Hei!? Apa kau tidak dengar aku menyuruhmu bekerja?”
MEY       : “  Sssssttt... (tegas) Dari tadi kau menanyakan kerjaku. Apa kalian tidak sadar jika kerjaku selama ini ya seperti ini. Menunggu rumah ini jika kalian tidak ada di rumah. Menunggu Dion, menunggu Krist, dan menunggu Ruth, yang sama dengan kalian. (perlahan lantang) Menunggu Zul datang menunggu, menunggu, dan menunggu sampai batas aku menunggu saat yang tepat untuk aku melemparkan bom itu tepat di depan pimpinan bajingan itu berdiri!”
LELA      : (Lela tertawa sinis) “ Harusnya kau ajak dulu lidahmu untuk     berfikir sebelum kau mengatakan kata-katamu yang tak sempat aku dengar tadi?!”
YOLAND    : “Mey..? apa kau tak melihat kerjaku bersama Lela lebih berat dari sekedar menunggu?”
MEY       : “Aku hanya menaati pimpinan kita “Zul”. Dulu dia yang menyuruhku.”
YOLAND    : “Keputusan itu bisa berubah sewaktu waktu-setiap detik. Seperti kerjaku. Tiap detik kami selalu berubah ubah fikiran untuk menentukan dimana letak yang strategis untuk menempatkan bom itu.”
LELA      : “Bahkan energi kita, hanya terpusat pada urat-urat mata kita!”
YOLAND    : “Untuk itu aku sangat tidak terima jika kau yang melakukan semuanya. Harusnya aku yang melakukan Mey?!”
LELA      : (lantang) “ Yoland! Aku yang lebih layak! Karena kau di sini hanya membantuku! Tidak lebih! ”
YOLAND    : “Aku! Karena selama ini, sebagai pemimpin-tugasmu hanya diam dan selelu menyibukkan dirimu sendiri.”

     Lela merasa malu-Mey tertawa

MEY       : “Ternyata statement- statement kalian terlalu lemah. Apa pantas kalian melakukan tugas itu?! Bagi ku ti-dak pan-tas! Akan ku beri alasan yang tepat pada kalian hingga aku kalian anggap layak melakukannya! (move) ketahuilah, aku adalah satu di antara kalian yang paling banyak merasakan siksa. Siksa oleh negeri ini, siksa oleh seluruh laki laki yang terlalu tunduk pada pimpinannya! Harga diriku lebih rendah dibandingkan kalian. (tegas) Maka aku yang layak melemparkannya!”
LELA&YOLAND : “Tidak! Aku yang palin pantas!”

CONTOH PENGETIKAN DAN PETIKAN NASKAH REALIS

0 komentar
CONTOH PENGETIKAN DAN PETIKAN NASKAH REALIS

JUDUL “HARAM”
KARYA GT SASMITA

BABAK 5
PELAKU     : ROSA, SETAN PEMBAWA BAYI
LATAR      : Sebuah tempat pengasingan
SINOPSIS   :Rosa hamil dalam kondisi strees-hingga melahirkan

      Dalam kegalauan pikiran yang luar biasa, beban teramat berat dan aib yang begitu getir dirasakan Rosa. Kehamilan yang tak pernah diharapkan dating setelah usaha Rosa mencari ayahnya gagal dan Rosa terjerumus dalam jalan begitu gelap. Rosa begitu menyesali keadaannya dan berusaha berontak pada dirinya sendiri

ROSA        : (dalam kondisi kejiwaan yang mulai terganggu, menghimpit makanan, memakannya, sedikit disertai senyuman kosong-tertawa dan berteriak sambil menangis memanggil ibunya) “Ma… kenapa harus aku?! Kenapa harus aku yang merasakan masa lalumu yang pahit itu?-hanya untuk menemukan priya penananm benih dalam rahim mu?! Aku ma? Aku! Rosa anakmu…!(tertawa-merasakan sakit pada perutnya, kesakitan dan meronta ronta)Aucch… perutku? Perutku sakit? Perutku… (teriak) Perutku? Aaaaacchhhh perutku sakit!!

Musik meninggi mengiringi datangnya sesosok roh jahat meneari-nari seolah menunjukan dan menukar bayi yang di kandung Rosa dengan bayi haram atas perbuatan Rosa sebelumnya.

BABAK 6
PELAKU     : ROSA, IBU MUDA
LATAR : Sebuah tempat pengasingan
SINOPSIS    : Rosa merawat bayinya, ibu muda berusaha mengadopsi
      Beban mental yang dialami Rosa, tidak membuat Rosa kehilangan kasih saying terhadap buah hatinya. Ia merawat dengan penuh kasih sayang.

ROSA        : “Nang ning ning nang ning nung… nang ning nung ning nang ning nung… duuuh anakku... besok jangan seperti ibu ya? Kamu harus lebih pinter dari pada ibu? Si putli putli cantik ini namanya siapa? (mendekatkan bayinya-seolah mendengarkan bayinya bicara) Apa? Namanya siapa? (raut muka berubah sedih,seperti mengdengarkan sesuatu) namanya Suci? (duduk di suatu tempat-kembali Nampak gila)Suci… namanya Suci…? (berdiri pindah ke tempat lain) Nggak…! Tidak boleh. Kamu tidak boleh memakai nama itu nak? Tidak boleh! (tersentak seolah bayinya menangis) Cup cup cup… anak ibu yang cantik? Jangan nangis ya? Ibu juga suka dengan nama itu? Suci kan? (raut muka berubah senang,tetap gila, mengelilingi panggung) Suci… Namanya suci. (tertawa) Namanya bagus. (Diam sejenak) Adek haus ya? Mau minum susu? Tapi minumnya jangan di sini. Nanti kalau minumnya di sini, minumya adek nyar di ambil orang lho? Sekarang kita harus cari tempat dek? Yang aman. (mencari-mengeliingi, mencari tempat yang aman) Di mana ya dek tempat yang aman? (menemukan tepatnya) Nah… di situ dek? Aman. (Rosa menyusui anknya)”

      Ditengah Rosa menyusui, Rosa merasa lapar, kemudian menemukan sisa makanan yang telah dibuang. R  osa memungutnya dan segera memakannya. Bayinya menangis seolah menginginkan maknan yang di makan oleh ibunya. Rosa menawarkannya dan mengunyahkannya sampai lembut sebelum kemudian Rosa menyupkan makanan yang telah dikunyaknya pada Suci anaknya.

“Adek kok lhat ibu terus? Mau? Ini namanya Roti… masih enak dek? Sebentar ya? (mengunyahkan-menyuapkan) Nah sekarang sudah kenyang kan? Jangan nangis lagi ya? Aduuuuuuh anak ibu? (tiba-tiba Rosa merasakan ada seseorang yang datang)Sssssssst. Dek? Ada orang. Kita harus hati-hati. Minumnya dilanjutkan nanti saja ya dek?

      Muncul Ibu muda yang bermaksud untuk merebut Suci dengan tujuan ingin mengadopsi. Akan tetapi Rosa tidak mengijinkannya.

IBU MUDA    : (sedikit ketakutan)“ Anaknya cantik ya? Namanya siapa? ”
ROSA        : (marah) “Kamu siapa?! Mau apa kamu datang kemari?”
IBU MUDA    : “Mbak? Mbak tidak perlu takut sama saya. Saya tidak punya niat buruk sama mbak?”
ROSA        : “Lalu”
IBU MUDA    : “Ayo kita ngoborl di sana biar lebih enak. Biar bayi mbak tenang. Ayo mbak ikut saya?”
      Pindah ke suatu tempat
IBU MUDA    : “Mbak… saya ini sudah lama menikah, akan tetapi saya belum juga dapat momongan. Jadi…”
ROSA        : (Rosa membantah)“Tidak mau! Sjangan mengambil anakku!?
IBU MUDA    : “Saya tidak mengambil? Saya hanya mau mengadopsi? Kalau mbak mau, mbak juga bias tinggal di rumah saya.
ROSA        : “ Tidak mau! Saya ini masih mampu! Saya masih bias membesarkan anak saya! Lebih baik kamu pergi dan jangan dekati anak saya!”
IBU MUDA    : “Mbak… niat saya baik mbak?”
ROSA        : “Pergi!”

Ibu muda menginggalkan Rosa, namun mencoba kembali lagi

IBU MUDA    : “Niat saya baik mbak?”
ROSA        : “Pergi saya bilang!”

      Rosa sangat terpukul dengan kondisi tersebut. Rosa menangis histeris. Dengan memluk erat anaknya dengan penuh kasihsayang.

“Ibu tidak gila nak…? Ibu tidak gila. (mecium anaknya) Ibu tidak gila. Ibu hanya ingin membesarkanmu sendiri. Ibu ini masih mampu. Ibu masihmampu Suci… Suci… hari ini ibu berjanji, akan menjadikanmu macan,(lebih tegas) ibu berjanji akan menjadikanmu macan!dan tuntutlah balas kelakuan kakekmu nak? (suara rendah) dengan prestasimu, dengan kepandaianmu, dan dengan seluruh kemampuanmu.kau macan ibu nak? Kau macan ibu…”
Mama rosa datng menemukan Rosa.
MAMA        : “Rosa? ”
ROSA        : “Mama… mama…? (menghampiri) Mama maafkan Rosa ma? Maafkan Rosa?”

      Muncul juga beberapa penari ledek yang mengibaratkan mimpi atau harapan akan kembali jayanya tari ledek pada masa datang.

MAMA        : “Tidak ada yang perlu disalahkan nak? Rosa… mari kita akhiri semua ini nak? Biarkan anakmu ini menjadi yang terakhir dari para penari penari ledek. Kamu yang akan merubah citra ledek. Pengalamanmu adalah yang paling berharga. Lanjutkan langkahmu nak. Mama akan selalu ada di belakang mu. Mulai sekarng jangan kau sesali apa yang sudah terjadi. Kita awali lagi hidup bahagia. Bersama Mama dan anakmu ini.”

(Mama mengangkat kepala Rosa)

MAMA        : “Rosa…?”
ROSA        : “Mama”
      Keduanya saling berpelukan dan saling meminta maaf.
S E L E S A I

JENIS-JENIS NASKAH

0 komentar
JENIS-JENIS NASKAH


      Pementasan teater dibagi menjadi beberapa jenis pementasan /aliran. Antara lain adalah sebagi berikut:


1.  Aliran realisme

Adalah aliran yang ingin mengemukakan kenyataan atau sesuatu yang bersifat lahiriyah. Sifat yang terkandung dalam karya-karya beraliran realisme ini adalah adanya obyektivitas yang sangat tinggi, karena pengarang menggambarkan dunia kenyataan mulai dari dialog hingga pernak-pernik yang akan dipentaskan.

2.  Absurd

Secara etimologis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Absurditas adalah suatu paham atau aliran yang didasarkan pada kepercayaan bahwa manusia secara umum tidak berarti dan tidak masuk akal. Jadi, karya absturd adalah karya yang dalam pembuatan dan pementasannya memiliki tingkat kesulitan yg tinggi. Mulai dari pembuatah dialog tohoknya hingga tata artistik nya. Seniman abstrud tidak mengedepankan pementasan yang bisa di pahami penontonnya, melainkan hanya pementasan eksperimental dari penggagasnya

3.  Suryalis


Surealisme adalah aliran di dalam kesusastraan yang banyak melukiskan segala sesuatunya dengan kekuatan kata-kata(dialog) atau tingkah laku aktor sebagai simbol penyampaian cerita. Biasanya aliran ini tidak memerlukan banyak tata artistik.

GRAFIK DARAMATIK

0 komentar
GRAFIK DARAMATIK YANG BENAR


                                                                                                   
                                KETERANGAN
                                 0-100     -     Nilai dramatik